Sabtu, 20 Agustus 2011

Biaya Politik Tinggi Suburkan Korupsi

Artikel ini menjelaskan beberapa hal tentang
, dan jika Anda tertarik, maka ini patut dibaca, karena Anda tidak pernah tahu apa yang Anda tidak tahu.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Tingginya biaya politik untuk menduduki jabatan publik di eksekutif dan legislatifmenjadi salah faktor yang menyuburkan korupsi. Untuk mencegahnya, perlu diterapkan manajemen politik berbiaya rendah denganmemilih pejabat berdasar kemampuan, bukan uang.

Menurut Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk menduduki suatu jabatan publik, seseorang harus mengeluarkan biaya tak sedikit.

Waktu terbaik untuk belajar tentang
adalah sebelum Anda berada di tengah-tengah hal. Wise pembaca akan terus membaca untuk mendapatkan beberapa pengalaman berharga
sementara itu masih bebas.

"Ketika berhasil menduduki jabatan tersebut, orang lantas berpikir, bagaimana mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan untuk menduduki jabatan itu," kata Luthfi, Sabtu (20/8/2011) di Jakarta.

Jika mengandalkan gaji yang didapat sebagai pejabat publik, menurut dia, tentu apa yang dikeluarkan tidak bisa kembali.Mereka akhirnya mencari jalan pintas dengan mencuri uang negara untuk mengembalikan biaya-biaya tersebut.

Untuk mengantisipasi masalah ini, lembaga-lembaga politik, pemerintahan, maupun lembaga penegak hukum perlu menerapkan pola low cost management dalam rekruitmen sumberdaya manusia. Orang-orang yang direkrut adalah mereka yang memang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan moralitas yang baik atau di atas rata-rata. "Bukan isi tasnya yang dilihat," ujarnya.

Dengan begitu, diharapkan praktik korupsi bisa ditekan. Sementara para pejabat publik bekerja secara profesional bekerja sesuai kemampuannya.

Tidak ada salahnya untuk baik-informasi yang terakhir pada
. Bandingkan apa yang telah Anda pelajari di sini ke artikel masa depan sehingga Anda dapat tetap waspada terhadap perubahan di bidang
.

Tidak ada komentar: