Senin, 03 Januari 2011

Menjual Televisi agar Dapat Melaut

The following article includes pertinent information that may cause you to reconsider what you thought you understood. The most important thing is to study with an open mind and be willing to revise your understanding if necessary.
Oleh Cyprianus Anto Saptowalyono

KOMPAS.com " Bertarung dengan ombak adalah hal biasa bagi nelayan saat melaut mencari ikan. Mereka juga kerap berhadapan dengan cuaca buruk. Namun, ada yang lebih menakutkan bagi mereka, yakni gagal melaut karena harga bahan bakar minyak naik dan solar untuk motor perahu mereka sulit didapat. Sebab, jika gagal melaut, mereka sulit membuat dapur tetap berasap.

Mereka terpaksa membiarkan perahu tertambat di muara sungai dan hanya mengisi hari dengan memperbaiki jaring. Padahal, kebutuhan hidup setiap hari tidak terhenti hanya karena gagal melaut. Keluarga mereka tetap harus mendapat nafkah. Anak-anak mereka tetap ingin sekolah.

Umumnya mereka tidak tahu pekerjaan lain. Untuk mencoba usaha lain pun, mereka tidak punya keterampilan memadai.

Jadi, ikhtiar bertahan hidup adalah dengan menjual apa yang mereka punya. Menggadaikan perabot hasil jerih payah mereka agar dapat mengisi perut dan membeli solar untuk kebutuhan perahu.

Teve di rumah digadaikan ke pengepul seharga Rp 800.000 sebulan lalu. Kemudian, saya juga menggadaikan pemutar VCD dan pengeras suaranya seharga Rp 300.000 dua minggu lalu, kata Casidi (43), Minggu (2/1/2011).

Ayah empat anak ini adalah nelayan asal Indramayu, Jawa Barat. Ia mengontrak di Desa Banten sejak empat tahun lalu.

Setelah teve tergadai, anak bungsunya yang berusia tujuh tahun merengek ingin menonton teve. Ada tetangga yang pulang kampung ke Indramayu dan menitipkan teve ke rumah. Jadi, anak saya tetap dapat menonton teve, katanya.

Hidup Casidi kian berat karena ia pun harus mencicil kredit mesin perahu seharga Rp 397.000 per bulan selama setahun. Padahal, harga mesin tersebut di toko hanya sekitar Rp 1,2 juta. Belum lagi cicilan sebesar Rp 50.000 selama 24 hari yang harus dibayarnya setelah meminjam Rp 1 juta melalui bank keliling yang mampir ke desanya. Kini, sebulan setelah dia mengambil kredit, pinjamannya belum juga lunas.

Jika situasi memburuk, Casidi berniat melego jaring udangnya yang dulu dibelinya seharga Rp 3 juta. Namun, ia belum tahu kira-kira berapa ia akan menjual jaring tersebut.

Casidi menuturkan, ia mulai menggadaikan barang sejak dua tahun lalu. Ketika itu, ia melepas peralatan dapur seperti piring dan termos. Namun, saat panen ikan selama Juni-September, ia selalu berhasil menebus kembali perlengkapan dapurnya tersebut.

Kini, ikan kian sulit didapat sehingga pendapatannya pun berkurang. Ditambah cuaca buruk dan solar yang kian mahal. Dalam kondisi demikian, tidak ada penjual yang mau menalangi nelayan karena tiada jaminan tangkapan bagus.

Once you begin to move beyond basic background information, you begin to realize that there's more to mobil keluarga ideal terbaik indonesia than you may have first thought.

Ia sekali melaut minimal perlu sekitar 7 liter solar. Namun, itu hanya cukup untuk mencari ikan di tepian. Jika ingin ke tengah laut seperti ke dekat Pulau Tunda, yakni pulau kecil di perairan Laut Jawa sebelah utara Banten, ia perlu solar 15 liter.

Kondisi serupa menimpa para nelayan di Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Mereka tidak melaut karena cuaca buruk dan mengisi hari dengan menata dan memaku bilah kayu di perahu di dermaga.

Puluhan nelayan di sana memanfaatkan waktu tidak melaut untuk membetulkan kerusakan- kerusakan kecil di perahu mereka. Hampir sebulan terakhir aktivitas melaut nelayan di Bojonegara terganggu.

Hanya beberapa perahu yang terkadang masih melaut mencoba mencari celah ketika ombak perairan tidak terlalu tinggi. Tidak jarang mereka harus kembali ke dermaga karena tiba-tiba cuaca di laut memburuk.

Saat ombak tinggi, tangkapan ikannya sedikit. Jadi, banyak yang tidak melaut, kata Madi, salah seorang nelayan.

Menurut Madi, saat kondisi cuaca bagus, sekali melaut perahu mereka dapat membawa pulang ikan berbagai jenis hingga 1 kuintal.

Setelah dipotong biaya solar dan makan minum selama melaut sebesar Rp 200.000, tiap nelayan dapat membawa pulang Rp 50.000-Rp 100.000.

Dalam cuaca buruk, hasil tangkapan tiap nelayan sering hanya Rp 10.000 bahkan kurang karena ikan yang ditangkap hanya sedikit.

Madi menjelaskan, sebagian nelayan di Bojonegara terpaksa beralih profesi sembari menunggu cuaca di laut membaik. Ada yang jadi tukang ojek, ada yang kerja bantu-bantu perbaiki kapal atau serabutan lainnya, kata Madi.

Meski penghasilan sampingan tidak menentu, mereka dapat memanfaatkan uang itu untuk menyambung hidup sehari-hari.

Bagi sebagian nelayan, mereka telah bersiap menghadapi musim paceklik tangkapan setiap tahun dengan menabung atau menyisihkan sebagian pendapatan mereka. Bentuknya bisa berupa perabot atau kendaraan seperti sepeda motor.

Perabot itulah yang menjadi andalan mereka saat cuaca buruk menimpa. Mereka yang tabungannya kurang terpaksa menjual barang miliknya, seperti sepeda motor. Nanti kalau punya uang beli lagi, kata Madi.

Fenomena serupa ada di Pelabuhan Karangantu, Kota Serang. Darsa, nelayan Karangantu, mengatakan, nelayan tetap melaut karena itu satu-satunya pekerjaan yang mereka akrabi. Sementara nelayan di Pulo Ampel sebulan terakhir beralih profesi menjadi calo di terminal, tukang ojek, atau tukang becak di sekitar Terminal Merak atau menjual kambing dan ayam agar dapat bertahan hidup.

 

Is there really any information about mobil keluarga ideal terbaik indonesia that is nonessential? We all see things from different angles, so something relatively insignificant to one may be crucial to another.

Tidak ada komentar: